Aku dan Giyna menghabiskan waktu
yang lama dikamar mandi sehingga tertinggal pelajaran, kami pun berlari
sekencang- kencangnya. Tanpa sengaja aku dan menabrak sesorang yang mungkin 5cm
lebih tinggi dari ku dan berbadan wangi. Buku ku beserta kartu ID ku berserakan
di lantai, lalu akupun memungut bukuku satu- satu, pria itu berjongkok dan ikut
membantuku sambil berkata “kalau berjalan hati- hati ya” ucapnya, akupun
memberanikan menatap wajahnya. Betapa terkejutnya aku melihat pria yang sedang
berjongkok di depanku ini, dia adalah Liam Payne pria idaman yang selalu ku
impi- impikan sekarang sedangt berjongkok dihadapanku dengan jarak satu jengkal
“Li, Liam ??” ucapku “that's me” balasnya sambil mengedipkan mata. Badanku
serasa begitu melayang seperti tidak tersadarkan diri, begitu pula dengan Giyna
yang sejak 2 menit yang lalu terdiam seperti patung sambil memandangi Harry.
Liam membantuku untuk berdiri dengan menggengam tanganku, tubuhku serasa di sengat listrik 100 watt. Kejadian itu membuatku ku terdiam sesaat sebelum Liam menyadarkanku “hey, kenapa kau di sini?” tanya Liam “a, aku habis dari toilet” ucapku “umm.. baiklah kalau begitu, aku pergi dulu ya! Aku terlambat memasuki kelas” ucap Liam sambil berjalan diikuti anggota One Direction yang lain “baiklah” Balasku “Hey! Ku simpan ini ya!” jawab Liam sambil menunjukan ID Cardku “hah! Baiklah! Jangan di hilangkan!” ucap ku masih tak percaya akan kejadian tadi. Setelah beberapa lama kemudian aku ingat akan keterlambatan kami, aku pun menarik tangan Giyna yang masih berdiri kokoh.
Sesampainya di depan pintu kelas
‘Tok tok tok!’ ku ketuk pintu kelasku “masuk!” ucap seseorang dari dalam dan syukurlah di dalam kelas tidak ada guru “hey! Dimana gurunya?” tanya Giyna pada teman- teman kelas “tidak tahu, dari tadi gurunya belum masuk!” ucap seseorang di tempat duduk paling depan “baiklah” balas Giyna “ya tuhan syukurlah, tidak ada guru!” ucap ku sambil menghela nafas dan duduk di kursiku, begitu pula dengan Giyna. “Tahu tidak??” tanyaku pada Giyna “ya tuhan, kau selalu begini, sudah to the point saja!” ucap Giyna “ok, kau tahu? Liam mengambil ID card ku tadi” ucapku sambil tersenyum senang “Lalu?” tanya Giyna “Di kartu itu tercantum nomer telponku, otomatis Liam akan menghubungiku!” ucap ku sambil berhayal.
Liam membantuku untuk berdiri dengan menggengam tanganku, tubuhku serasa di sengat listrik 100 watt. Kejadian itu membuatku ku terdiam sesaat sebelum Liam menyadarkanku “hey, kenapa kau di sini?” tanya Liam “a, aku habis dari toilet” ucapku “umm.. baiklah kalau begitu, aku pergi dulu ya! Aku terlambat memasuki kelas” ucap Liam sambil berjalan diikuti anggota One Direction yang lain “baiklah” Balasku “Hey! Ku simpan ini ya!” jawab Liam sambil menunjukan ID Cardku “hah! Baiklah! Jangan di hilangkan!” ucap ku masih tak percaya akan kejadian tadi. Setelah beberapa lama kemudian aku ingat akan keterlambatan kami, aku pun menarik tangan Giyna yang masih berdiri kokoh.
Sesampainya di depan pintu kelas
‘Tok tok tok!’ ku ketuk pintu kelasku “masuk!” ucap seseorang dari dalam dan syukurlah di dalam kelas tidak ada guru “hey! Dimana gurunya?” tanya Giyna pada teman- teman kelas “tidak tahu, dari tadi gurunya belum masuk!” ucap seseorang di tempat duduk paling depan “baiklah” balas Giyna “ya tuhan syukurlah, tidak ada guru!” ucap ku sambil menghela nafas dan duduk di kursiku, begitu pula dengan Giyna. “Tahu tidak??” tanyaku pada Giyna “ya tuhan, kau selalu begini, sudah to the point saja!” ucap Giyna “ok, kau tahu? Liam mengambil ID card ku tadi” ucapku sambil tersenyum senang “Lalu?” tanya Giyna “Di kartu itu tercantum nomer telponku, otomatis Liam akan menghubungiku!” ucap ku sambil berhayal.
‘krring!! Krring!!krring!!’ bel
tanda pulang pun berbunyi
aku dan Giyna memutuskan untuk tidak keluar kelas, karna ada tugas yang belum selesai kami kerjakan. Makin lama kelas kami semakin sepi, dan kini tinggal aku dan Giyna lah yang masih di kelas. Tiba- tiba segerombolan anak laki- laki datang memasuki kelas “Cholie Natasya Adams” ucap sesorang laki- laki. Suara itu kedengaran sangat- sangat tidak asing di telingaku, karena penasaran akupun melihat orangk- orang di depanku “O,One Direction!” ucapku dengan perasaan tak menentu “yup!” balas Zayn “Harry mengajak kami untuk bertemu dengan Giyna” Timpal Louis sambil menunjuk Harry yang menutup mukanya “kami menunggu kalian di gerbang sekolah, tapi kalian tidak kunjung datang, akhirnya kami memutuskan untuk ke-kelas ini” ucap niall. Sementara itu Liam berjalan mendekatiku tanpa sepatah katapun di ucapkannya. Dada ku berdegup kencang seperti sesorang tengah memukul- mukul hatiku, sementara itu Harry datang menghampiri Giyna dan mengajaknya ke sisilain dari kelasku dan para anggot One Direction yang lain memutuskan untuk bermain di depan kelas kecuali Zayn yang pergi ke-aula untuk pergi beribadah.
aku dan Giyna memutuskan untuk tidak keluar kelas, karna ada tugas yang belum selesai kami kerjakan. Makin lama kelas kami semakin sepi, dan kini tinggal aku dan Giyna lah yang masih di kelas. Tiba- tiba segerombolan anak laki- laki datang memasuki kelas “Cholie Natasya Adams” ucap sesorang laki- laki. Suara itu kedengaran sangat- sangat tidak asing di telingaku, karena penasaran akupun melihat orangk- orang di depanku “O,One Direction!” ucapku dengan perasaan tak menentu “yup!” balas Zayn “Harry mengajak kami untuk bertemu dengan Giyna” Timpal Louis sambil menunjuk Harry yang menutup mukanya “kami menunggu kalian di gerbang sekolah, tapi kalian tidak kunjung datang, akhirnya kami memutuskan untuk ke-kelas ini” ucap niall. Sementara itu Liam berjalan mendekatiku tanpa sepatah katapun di ucapkannya. Dada ku berdegup kencang seperti sesorang tengah memukul- mukul hatiku, sementara itu Harry datang menghampiri Giyna dan mengajaknya ke sisilain dari kelasku dan para anggot One Direction yang lain memutuskan untuk bermain di depan kelas kecuali Zayn yang pergi ke-aula untuk pergi beribadah.
^TO BE CONTINUED^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar